Romo Agus Iwanti membenarkan kejadian tersebut dalam klarifikasinya, namun, ia memohon agar peristiwa tersebut tidak disalahartikan, karena ada perbedaan dengan kenyataan yang sebenarnya.
“Saya, Romo Agustinus Iwanti (Pastor Paroki St. Yosef Kisol-Keuskupan Ruteng) dengan ini menerangkan tentang kronologis persitiwa yang menimpa saya, yang saat ini sedang diperbincangkan pada mdia sosial pun di tengah umat,” ungkap Romo Agus dilansir duniaoberita dalam sebuah tulisan yang diterima Tajukflores.com, Jumat (26/4/24).
Kejadian tersebut terjadi pada Selasa (23/4/24), saat Romo Agus bersama karyawan pastoran pergi ke rumah Tinus. Ia (Pastor ) tidur di rumah Tinus karena sudah larut malam untuk pulang ke pastoran.
Menurut Romo Agus, saat itu, mereka dibimbing oleh Bapak Sindi (Bapak Tinus) ke kamar tidur yang sudah disiapkan. Mama Sindi tidur bersama anak-anak perempuannya. Romo Agus menyatakan bahwa saat itu dirinya sangat lelah sehingga langsung tertidur begitu masuk ke kamar tidur.
Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa saat itu pintu kamar tidak ditutup, hanya ditutupi tirai.
Ia menjelaskan bahwa pada sekitar pukul 02.00 WITA, ia terbangun karena teriakan makian dari seorang pria yang mengancam dengan parang. Saat itu, ia melihat istri pria tersebut dalam keadaan lengkap berpakaian dan melarikan diri dari kamar. Dalam keadaan terkejut, Romo Agus mencoba menenangkan pria tersebut, namun akhirnya mereka meninggalkan rumah tersebut karena pria tersebut terus berteriak.
“Kurang lebih pukul 02.00 WITA, saya terbangun karena dikagetkan dengan teriakan makian dari Bapak Sindi sambil mengancam mengambil parang. Saya sangat shok dan bingung dengan keadaan sekejap. Dan saat itu saya melihat Mama Sindi juga ada di dalam kamar dengan kodisi berbusana lengkap, dan tiba-tiba dia lari ke luar.Dan masih dalam keadaan shok, saya berusaha menenangkan Bapak Sindi. Saat itu saya masih dalam keadaan berpakaian lengkap, ditambah kain selimut dan bangun mendekati Bapak Sindi,” jelasnya.
Selanjutnya, mereka dihubungi oleh istri pria tersebut yang meminta bantuan. Romo Agus dan anggota pastoran kembali menjemput istri pria tersebut dan membawanya ke tempat yang aman.
“Dalam perjalanan pulang, persisnya di kampung Munde, saya tiba-tiba dihubungi Mama Sindi (dia dalam keadaan menangis dan ketaktan) untuk meminta bantuan dijemput. Atas permintaan mama Sindi dan demi keselamatannya, saya bersaa anggota pastoran, kami kembali menjemput dia di pertengahan jalan (agak jauh dari rumahnya) lalu kami sama-sama dalam satu mobil menuju pastoran,” jelas dia.
Romo Agus meminta doa dan dukungan agar masalah ini cepat terselesaikan dengan baik, sehingga ia dapat kembali melakukan tugasnya.
