Dia mengatakan, membandingkan kerumunan penyambutan Presiden Jokowi dan kerumunan saat penjemputan mantan pimpinan FPI, Rizieq Shihab di Bandara Soekarno Hatta pada 10 November 2020 lalu yang harus disikapi sama secara tegas merupakan pernyataan ngawur. “Itu pernyataan ngawur, karena status Rizieq Shihab saja beda. Masa samakan dengan Presiden (Jokowi),” jelas dia.
Dijelaskan sifan, ketika Jokowi dikabarkan akan mengunjungi Maumere untuk meresmikan Bendungan Napun Gete, warga Sikka diminta untuk menjaga jarak dan memakai masker sesuai protokol kesehatan.
Dia mengakui memang terjadi kerumunan di dua titik, namun semuanya bersifat spontan dan insidentil.
“Fakta membuktikan, saat Jokowi lewat, titik pertama di dekat rumah Pak Melki Mekeng (Anggota Komisi XI DPR RI), itu warga berkemurum, histeris. Artinya spontanitas dan insidentil. Bukan seperti yang dikatakan para oknum jika ini rekayasa. Rakayasa apa?,” kata dia".
Menurut Siflan, histeria warga Maumere pada hari itu merupakan bentuk kecintaan mereka terhadap Jokowi.
“Lihat Pak Jokowi di televisi saja histeris, apalagi lihat dekat,” kata dia.
“Sudah berapa hari ini, Pemda Sikka mengammbil tes antigen, semua negatif,” kata Siflan.
Siflan menambahkan, kunjungan Jokowi ke Maumere memberikan kebahagiaan tersendiri. Menurutnya, Jokowi sangat peduli dengan warga NTT yang dicap miskin dan terbelakang.
“Kami masyarakat Sikka bersyukur dan mendokan Pak Jokowi,” pungkasnya.
Sumber jurnalpatrolinews
Kami bersama Jokowi
BalasHapus